Dakwah dari jajahan iblis laknatullah Foto: Menggembosi Perjuangan (ilustrasi) إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ...

Ketika Musuh Islam Mengolok-olok Perjuangan Ketika Musuh Islam Mengolok-olok Perjuangan

Ketika Musuh Islam Mengolok-olok Perjuangan

Ketika Musuh Islam Mengolok-olok Perjuangan

Dakwah dari jajahan iblis laknatullah

Foto: Menggembosi Perjuangan (ilustrasi)
إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32) وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ (33) فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ (34) عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ (35) هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (36)
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, ” padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS.Al-Muthaffifin : 29-36)
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wScenicpuzzle_5644961 KIBLAT.NET – Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Allah Ta’ala menceritakan tentang orang-orang yang berbuat dosa. Orang-orang yang durhaka dan berdosa ini mentertawakan orang beriman karena mereka beranggapan orang beriman itu terkungkung nafsunya dan tidak bisa berbuat sesuka hati. Sedangkan orang durhaka bebas melakukan apapun tanpa ada batasan apapun.
Ayat selanjutnya pun kembali menceritakan orang-orang ini mencemooh,memandang hina dengan kedipan mata dan isyarat lainnya yang bertujuan merendahkan orang beriman. Setelah itu mereka pun kembali kepada kawan-kawan sepaham, keluarga atau komunitasnya, obrolan mereka tidak akan pernah jauh dari celaan pada orang-orang beriman.
Ketika sekawanan orang durhaka ini berkumpul,mereka merasa lebih kuat dari orang-orang beriman. Seolah mereka berada di atas angin karena banyaknya orang-orang di depan dan belakangnya. Apalagi mereka diberi fasilitas yang tidak terbatas, sehingga membuat mereka seolah di atas langit.
Kerjaan sehari-hari mereka mencemooh orang yang beriman. Ketika ada orang beriman berjuang fi sabilillah, mereka selalu memandang sinis dan menggembosi agar orang lain tidak ikut serta. Dalam lintasan sejarah pun dapat kita temui orang-orang seperti ini. Orang-orang munafik sekelas Abdullah bin Ubay telah nyata ulahnya dalam hal ini. Gembong munafik ini beserta kawanannya membelot dari pasukan Rasulullah dalam perang Uhud.
Jauh sebelum itu, kita bisa melihat orang-orang kafir Quraisy yang selalu mencemooh dakwah Rasulullah. Tak hanya cemoohan semata, hinaan, ujaran kebencian hingga intimidasi dan pembunuhan dilakukan musuh Allah ini pada kaum muslimin yang lemah pada saat itu. Mereka merasa kuat karena kedudukan yang disandang, harta yang di punyai serta kawan banyak dalam kesesatan yang mereka tidak sadari.
Dan pada akhirnya kaum muslimin menang atas izin Allah baik di dunia ketika Fathul Makkah dan tentu menang pula di akhirat. Maka pada ayat 34 disebutkan “Hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir”. Serta orang kafir akan mendapatkan mendapatkan balasan yang setimpal sesuai apa yang mereka lakukan.
Kisah celaan dari orang yang durhaka pada Allah juga kita dapati pada kisah nabi Luth. Tatkala nabi Luth kedatangan tamu dari golongan malaikat yang menyamar menjadi pemuda berparas tampan, maka kaumnya mendatangi rumah nabi Luth. Tujuan mereka adalah melampiaskan nafsunya pada tamu sang nabi.
Nabi Luth dengan tegas menolak dan memberikan petunjuk untuk menikahi putri-putrinya saja. Namun, kaum yang durhaka itu menolak dan mencela nabiyullah.
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
“Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, “Usirlah mereka (Lut dan pengikut-pengikutnya) dari kota kalian ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” (QS.Al-A’raf : 82)
Kaum Sodom (nama kaum nabi Luth) tak hanya ingin mengusir nabinya, tetapi juga mencela dengan sebutan “sok suci”. Sebuah ungkapan yang kerap kali kita dengar jika ada seorang ulama berdakwah di sebuah tempat. Maka terkadang ada orang-orang yang tidak suka dengan dakwah Islamiyah dan mengatakan para ulama sebagai orang yang “sok suci”.
Fenomena “Orang-Orang Durhaka” Abad Ini
Sejarah pun berulang. Apa yang telah Allah firmankan di dalam Al-Quran pada akhirnya berlaku untuk selamanya hingga matahari terbit dari barat. Fenomena orang-orang durhaka yang mentertawakan perjuangan umat Islam bukanlah perkara yang baru. Maka di era digital ini hal-hal seperti itu sangatlah mudah kita dapatkan di sosial media entah apapun itu namanya. Mulai dari Facebook, Twitter, Path, Instagram dan sebagainya.
Kemudahan orang mengakses internet dan sosmed menambah tantangan terbaru bagi para aktivis Islam. Kalau dahulu orang durhaka, munafik dan kafir menyerukan kemaksiatan dan menggembosi perjuangan dengan lisannya, maka saat ini fasilitas memanjakan mereka. Dengan jarinya, mereka mentertawakan perjuangan umat Islam bahkan menghina identitas keislaman seseorang.
Terlalu banyak jika kita menuliskan kata-kata hinaan mereka pada umat Islam. Mentertawakan perjuangan kaum muslimin dan dijadikan bahan candaan murahan. Contoh yang paling hangat adalah tragedi muslim Rohingya yang menyedot perhatian dunia. Aksi solidaritas dari mancanegara begitu membahana. Tak terkecuali dari negeri kita tercinta.
Namun, ada yang salah dengan apa yang terjadi di negara kita. Bukanlah hal yang mengherankan jika ada orang kafir yang acuh atau mengolok-olok aksi solidaritas yang dilakukan kaum muslimin. Karena firman Allah jelas dalam masalah ini. Meskipun ada beberapa orang kafir yang bersimpatik atas dasar kemanusiaan.
Hal yang mengherankan adalah adanya orang yang mengaku bagian dari umat Islam merasa risih dengan aksi solidaritas yang ada. Sesama umat Islam yang seharusnya saling mendukung dalam penggalangan bantuan justru menjadi duri dalam daging. Tak henti-hentinya kalimat tak sedap keluar dari kicauannya di sosial media.
Sungguh miris memang. Kolaborasi yang diharapkan untuk membantu saudara seiman justru di balas dengan cemoohan. Cemoohan dan bahan tertawaan ini juga diikuti dengan isu-isu yang tidak masuk akal yang dikaitkan. Juga diikuti dengan tindakan fisik berupa hadangan dan halangan bagi kaum muslimin yang hendak ikut aksi solidaritas. Aneh memang, tetapi ini benar-benar terjadi di bumi pertiwi.
Sikap Orang Beriman Terhadap Celaan
Hadangan, hambatan, cobaan dan celaan adalah resiko perjuangan. Namun, semua itu bukanlah sebuah halangan bagi umat Islam untuk senantiasa berdakwah di jalan-Nya. Di dalam Al-Quran telah disebutkan bahwa sifat orang yang beriman yang akan didatangkan Allah untuk menggantikan generasi yang melenceng adalah yang tertera pada Al-Maidah ayat 54
  1. يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ yaitu mereka mencintai Allah, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, mempunyai hati yang bersih dan Allah pun mencintai mereka.
  2. أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ yaitu rendah hati terhadap orang mukmin dan keras terhadap orang kafir.
  3. يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ yaitu berjuang dijalan Allah membela kebenaran dan melawan kedzaliman.
  4. لَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ yaitu tidak khawatir atau takut pada celaan orang-orang yang suka mencela. Kita mesti sadar bahwa itu merupakan suatu resiko dalam berjuang.
Point keempat menjadi titik paling penting bahwa orang yang beriman kepada Allah tidak akan penah khawatir dan takut pada celaan siapapun. Tumpuan harapan dia hanyalah Allah, semua yang ia lakukan hanya untuk Allah dan pada akhirnya kita semua akan kembali pada Allah. Wallahu a’lam bi shawab.
Penulis : Dhani El_Ashim
Editor : Arju

0 komentar: