Dakwah dari jajahan iblis laknatullah Foto: Ilustrasi   KIBLAT.NET – Kemenangan adalah suatu hal yang dicita-citakan oleh siapa...

Kenapa Kemenangan Tak Kunjung Menyapa? Kenapa Kemenangan Tak Kunjung Menyapa?

Kenapa Kemenangan Tak Kunjung Menyapa?

Kenapa Kemenangan Tak Kunjung Menyapa?

Dakwah dari jajahan iblis laknatullah
Foto: Ilustrasi
 
KIBLAT.NET – Kemenangan adalah suatu hal yang dicita-citakan oleh siapapun. Entah dia berada di atas kebenaran atau kbatilan pasti mendambakan hal ini. Satu hal yang membedakan adalah umat Islam hanya menggantungkan kemenangan pada Allah semata. Sedangkan para musuh Allah mengkalkulasikan kemenangan pada hitungan matematika semata.
Perjuangan umat Islam tidak disandarkan pada kuantitas semata. Selain dari mempersiapkan bekal sebaik-baiknya dalam perjuangan, satu hal yang paling diutamakan adalah ridho Allah yang akan memuluskan jalan perjuangan kepada kemenangan.
Sepanjang zaman orang-orang beriman dapat mengalahkan musuh-musuhnya bukan dengan jumlah dan bekal logistik semata. Justru seringnya mereka kalah jumlahnya dibanding jumlah pasukan musuh. Akan tetapi, mereka dapat memenangkannya dengan berbekal din Islam ini. Islam yang dengannya Allah memuliakan mereka, seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Rawahah dalam perang Mu’tah
وما نقاتل الناس بعدد ولا قوة ولا كثرة ما نقاتلهم إلا بهذا الدين الذي أكرمنا الله به
Artinya, “Kita tidak memerangi manusia karena banyaknya bilangan dan kekuatan persenjataan, tetapi kita memerangi mereka karena agama Islam ini yang Allah muliakan kita dengannya.” (Ibnu Hisyam di dalam As-Siratun Nabawiyah vol. 2/375)
Bahkan, jika kita menilik sejarah kancah peperangan yang dilalui umat Islam bahwa jumlah pasukan, logistik dan persenjataannya lebih sedikit dari yang dimiliki musuh. Hal ini terjadi pada kebanyakan peperangan yang dijalani kaum Muslimin.
Menang Atas Azin Allah
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wScenicpuzzle_5644961
Allah telah berfirman :
Artinya,”Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:249)
Tafsir ayat ini berkaitan erat kisah Thalut yang membawa bala tentaranya yang berjumlah 80.000 orang. Ibnu Katsir menuliskan dalam tafsirnya manakala tentara yang berjumlah besar ini diuji dengan sebuah sungai.
Ujian ini sebenarnya sederhana. Namun, ternyata hampir sebagian besar pasukan gagal melewatinya. Ujiannya adalah seluruh pasukan diperintahkan meminum air sungai hanya beberapa teguk saja yang diambil dengan tangannya. Ternyata banyak dari mereka gagal dalam ujian dan hanya beberapa pasukan saja yang tersisa.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa pasukan Thalut yang berangkat hingga bertemu Jalut berjumlah hampir sama dengan pasukan Rasulullah yang mengikuti perang Badar. Apakah pasukan Thalut kalah dalam peperangan itu? Dan ternyata Allah memenangkan pasukan Thalut yang sedikit padahal pasukan yang dihadapinya sangat besar dan kuat.
Kenapa Kemenangan Belum Menyapa?
Inilah topik utama yang kita bahas sebenarnya. Jika membahas soal kemenangan tentu bermakna luas seperti yang dijabarkan oleh syaikh Yusuf Al-‘Ayiri rahimahullah. Syaikh Yusuf menjabarkan ada 11 makna kemenangan yang tidak diketahui banyak orang. Nah, kemenangan yang kita bahas di sini adalah makna terakhir dari pembahsan syaikh Al’Ayiri yaitu kemenangan dalam pertempuran.
Ketika kekuatan dan persiapan secara fisik telah maksimal dikerahkan, segala upaya strategi telah dilakukan tetapi terkadang kemenangan yang diharapkan belum menyapa. Konsep ini di luar nalar manusia dan pikiran-pikiran orang kafir tidak pernah menjangkaunya. Karena orang-orang seperti ini hanya menggantungkan sesuatu dengan materi yang terlihat mata saja, tidak lebih.
Sebagaimana dicontohkan para sahabat Rasulullah. Manakala pasukan Islam ingin menginginkan kemenangan atas musuh-musuhnya, maka syarat-syarat datangnya kemenangan harus dipenuhi.
Dalam Al-Bidayah wa Nihayah (7/15) disebutkan bahwa ketika Heraklius mendengar kabar bahwa Romawi telah bertekuk lutut pada pasukan Islam, ia berkata,“Celaka kalian!! Coba ceritakan tentang musuh yang memerangi kalian itu. Bukankah mereka juga manusia seperti kalian?
Para tentara pun menjawab,“Benar…”
“Jumlah kalian lebih banyak ataukah sebaliknya?”,tanyanya lagi.
“Bahkan jumlah kami berlipat-lipat lebih banyak daripada jumlah mereka di dalam setiap kancah.”,jawab mereka. “Lalu, ada apa dengan kalian hingga menjadi pecundang seperti itu?”
Salah seorang pembesar mereka menjawab,“Karena mereka semua bangun menunaikan shalat malam, mereka berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mereka beramar ma’ruf nahi munkar serta mereka saling tolong menolong. Juga, karena kami semua meminum arak, berzina, melanggar yang haram, menyelisihi janji,berbuat ghasab, berbuat zalim, menyebarkan perseteruan, meninggalkan hal-hal yang diridhai Allah serta membuat kerusakan di muka bumi.”
“Benar yang kamu katakan,” komentar Heraklius.
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wScenicpuzzle_5644961 Kisah yang lain adalah seorang mata-mata Romawi yang diutus oleh penguasa Damaskus. Ketika itu pasukan Muslim datang dari Yordania. Mata-mata itu berkata,”Saya datang kepada Anda usai berjumpa dengan kaum yang tubuhnya kurus kering, mereka mengendarai kuda pilihan, di malam hari mereka bagaikan pendeta, dan siang hari mereka adalah penunggang kuda yang tangkas… seandainya anda mengajak bicara orang yang ada di samping Anda, niscaya ia tidak memahami apa yang mereka katakan karena begiti gegap gempita suara mereka oleh bacaan Al-Quran dan dzikir.” Lalu penguasa Damaskus itu menoleh kepada sahabat-sahabatnya seraya berkata,”Mereka mengamalkan sesuatu yang tidak mungkin kalian mampu mengamalkannya.”
Dua kisah di atas kiranya cukup membuka mata hati kita sebagai umat pilihan. Ketika musuh-musuh Islam begitu mengagungkan kekuatan yang kasat mata, justru kaum muslimin mempunyai kekuatan agung yang tidak akan pernah ada yang bisa mengalahkannya, yaitu pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Zaman dahulu hingga detik ini orang-orang kafir tetaplah sama. Karena agama mereka tidak mengatur hal-hal terperinci seperti syariat Islam, maka perbuatan-perbuatan maksiat tetap mereka lakukan. Perbedaanya adalah musuh Islam saat ini telah sadar bahwa jika ingin menghadapi dan melemehkan umat Muhammad bukanlah dengan kekuatan fisik, tetapi dengan dijauhkan dari dinnya.
Selama umat Islam tidak kembali aturan Allah dan Rasul-Nya, maka kemenangan yang begitu didambakan tidak akan pernah menjadi kenyataan. Meskipun orang-orang kafir bergelimang dengan kemaksiatan, ternyata kesolidan mereka mampu membuat dunia Islam terbungkam. Kursi-kursi penguasa diisi dengan orang Islam yang tidak mengetahui syariat Allah. Alhasil, lengkaplah penderitaan umat Islam saat ini. Hidup di bawah hukum buatan manusia, dipimpin oleh pemerintah yang anti syariat Islam dan kaum Muslimin diracuni agar alergi dengan syariat agamanya sendiri.
Maka, jika umat Islam benar-benar ingin mengharapkan kemenangan, selain dari persiapan fisik yang diusahakan, tentu kaum Muslimin harus kembali kepada fitrahnya sebagai umat pilihan. Umat pilihan yang telah dicontohkan para salafus sholih dimana pertolongan Allah begitu dekat dengan mereka. Jika umat Islam mampu melakukan apa yang telah dicontohkan para pendahulunya, pasti pertolongan Allah akan segera turun dan kemenangan sejati hanyalah milik umat Islam. Wallahu a’lam bi shawab
Penulis : Dhani El_Ashim
Editor : Arju
Diinisiasi dari majalan An-Najah edisi 94 Ramadhan-Syawal\Agustus 2013,halaman 15-16

0 komentar: