Dakwah dari jajahan iblis laknatullah
Tokopedia
Tiwul, makanan khas Gunung Kidul, Yogyakarta
IHRAM.CO.ID, Haji adalah
panggilan, demikian orang bijak sering mengatakan. Pesan ini bisa
dipahami juga sebagai haji bukan urusan kekayaan dan kemampuan
finansial, tapi kemauan karena memang sudah mendapat panggilan.
Jadi,
jamaah haji tidak selalu harus kaya harta. Bisa saja mereka adalah
orang yang kaya niat dan mendapat panggilan Yang Maha Kaya. Labbaikallahumma Labbaik… Kami penuhi panggilan-Mu, ya Allah.
Senyum
mengembang di bibir Sujinah saat berbagi kisah tentang perjuangan
hidupnya hingga bisa berangkat haji di usianya yang sudah 60 tahun.
Selasa (1/8) siang, Sujinah baru pulang salat Zuhur berjamaah di Masjid
Nabawi. Tiba di Madinah pada Ahad (30/7), dia kini tengah menjalani
prosesi Arbain atau salat berjamaah selama 40 waktu berturut-turut di
Masjid Nabawi.
Sambil antre lift untuk kembali ke kamar hotel,
jamaah yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Surabaya (SUB 05) ini
kembali merenda ingatan tentang kehidupan puluhan tahun silam. "Saya
mendaftar dari tahun 2010 dan tahun ini akhirnya berangkat.
Alhamdulillah," kata Sujinah mengawali kisahnya di Hotel Mawaddah Annur,
tempat dia dan rombongannya tinggal.
Sujinah berasal dari
Nganjuk, Jawa Timur. Berhaji sudah menjadi cita-citanya sejak lama,
meski dia sadar kalau dirinya bukanlah orang berpunya. Karenanya, dia
harus menabung, menyisihkan sebagian hasil kerja kerasnya jualan gethuk
di pasar tradisional Primbon, Nganjuk.
Sedikit demi sedikit, uang
itu ditabung hingga merentang waktu sampai 10 tahun. Maklum, sebagai
penjual gethuk, tiwul dan makanan tradisional berbahan dasar singkong
ini penghasilannya tidak seberapa, pun juga tidak menentu.
Namun,
Sujinah berusaha istiqamah dalam menabung. Uang hasil jualannya
sebagian ditabung, sisanya untuk makan. Kadang ia setor ke bank dua
pekan sekali sebesar Rp 200 ribu. "Setorannya tak menentu, tergantung
hasil jualan dapat berapa," katanya.
Sujinah pantang menyerah,
meski harus bekerja seorang diri karena suaminya sudah meninggal 15
tahun silam. "Anak saya satu, perempuan. Alhamdulillah sudah menikah dan
punya anak tiga. Jadi cucu saya ada tiga, lucu-lucu," ujarnya.
Selang
sepuluh tahun, uang tabungan yang terkumpul sudah cukup. Sujinah pun
mendaftar haji pada tahun 2010. Tujuh tahun menunggu, kini Sujinah telah
menginjakkan kakinya di Tanah Suci, Madinah Al-Munawwarah. Jaraknya
semakin dekat dengan Kota Kelahiran Nabi, Makkah Al-Mukarramah. Rasa
syukurnya pun membuncah karena harapannya untuk menyempurnakan rukun
Islam kelima semakin terbayang nyata. Kini, Sujinah hanya berjarak
beberapa km dan beberapa hari dari momen puncak haji, Wukuf di Arafah.
Labbaikallahumma Labbaik… Kami penuhi panggilan-Mu, ya Allah. Semoga Sujinah mendapatkan haji mabrur. Amin
Redaktur : Agus Yulianto |
Sumber : kemenag.go.id | | | |
sumber ke dua :http://www.ihram.co.id
0 komentar:
Post a Comment