PKI dan DI/TII, Dua Hantu Politik Terus Gentayangan. Kenapa keduanya disebut hantu politik? Karena dua nama tersebut sudah mati, tetapi keduanya sering bangkit kembali di momen-momen tertentu. PKI contohnya, di bulan September ini bangkit gentayangan di medsos, media online dan di dunia nyata. Kita dihimbau untuk waspada dan sigap menghadapi kebangkitan hantu PKI.
Kemudian ada orang mencoba mengingatkan: “Jangan hanya mewaspadai bangkitnya PKI, karena DI/TII pun telah nyata bangkit di Indonesia.”
Ya, Partai Komunis Indonesia (PKI) bangkit lagi, kata orang. Seperti hantu yang bangkit dari kubur.
Orang-orang sibuk merundingkan hantu. Yang ada melulu desas-desus. Semuanya bicara katanya. Tapi, ketika ditanya mana hantunya, semuanya membalas dengan jawaban tidak jelas.
Ok, anda tidak setuju PKI, sama seperti anda tidak setuju komunisme. Dunia pun sudah tahu, komunisme cuma omong kosong belaka. Uni Sovyet ambruk. Tembok Berlin runtuh. RRC hari ini lebih bergaya kapitalis dibanding komunis. Hanya Korea Utara yang mempunyai pemimpin dengan rambut cepak ngangkang yang masih setia dengan jargon komunisme. Itu pun ditegakkan dengan penderitaan rakyatnya.
Di Indonesia, PKI cuma tinggal cerita hantu. Sejak 12 Maret 1966 PKI dan ormas pendukungnya telah sah dibubarkan. Sebelumnya ribuan orang yang disangka anggota PKI mati dibunuh. Tokoh-tokohnya ditangkapi dan dipisahkan dari komunitasnya di Pulau Buru.
Bukan hanya itu. Anak cucu orang yang disangkakan PKI atau simpatisannya pun kena imbas. Secara politik mereka dimatikan, secara ekonomi mereka dimiskinkan, secara sosial mereka diasingkan. Jadi, di samping secara ideologi komunis telah bangkrut, daya penopang mereka guna tumbuh lagi pun tidak ada. Apa mungkin belum cukup hampir dua dekade kita membredel komunisme?
Justru yang sekarang paling layak dicurigai ialah DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Jika dirasakan sama-sama pemberontak dan tidak cocok dengan pandangan hidup Pancasila, malah kebangkitan DI/TII lebih nyata kini dibanding kebangkitan PKI.
Dulu mereka melancarkan pemberontakan di Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan. Beberapa tokohnya dihukum mati. Tapi tidak sebagaimana keluarga anggota PKI yang dihabisi baik nyawa, peluang ekonomi, politik dan sosial. Keluarga pemberontak DI/TII hidup nyaman-nyaman saja. Padahal kelakuannya sama dengan PKI, sama-sama anti-Pancasila. Sama-sama pemberontak. Sama-sama menciptakan kekacauan. Sama-sama menyusahkan rakyat.
Padahal dosa DI/TII terhadap bangsa ini tidak kalah besar dengan dosa PKI.
Bukan cuma itu, kebangkitan DI/TII lebih terasa dengan hadirnya HTI dan kelompok tak waras khilafah. Saat ini ketika agama dimainkan guna kepentingan politik, justru hal tersebut melegitimasi kebangkitan pemberontak DI/TII. Fenomena diharamkannya upacara bendera, dilarangnya hormat bendera, semaraknya isu agama dalam pemilu, banyaknya kekerasan atas nama agama ialah ciri-ciri kebangkitan ideologi DI/TII.
Justru ini yang jauh lebih riskan ketimbang komunisme. Kita tidak perlu fobia komunis bangkit, sebab dia memang telah ambruk. Kita layak kuatir DI/TII muncul lagi, karena ideologi sejenis ini sekarang sedang merasuki dunia. Lihat Taliban, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, ISIS, Al-Qaidah, Jabhat Nusrah , dan kelompok-kelompok jihadis lainnya yang bermaksud menegakkan negara Islam, ideologi dan teknik berfikirnya sama dengan DI/TII.
Kebangkitan ideologi DI/TII ini anda rasakan dengan slogan kampanye Jakarta Bersyariah, yang ketika pilkada tidak sedikit digembar-gemborkan.
Hanya saja, walau sama-sama biadabnya dengan PKI, isu kebangkitan DI/TII ini dapat ditutupi dengan berselimut ayat dan slogan agama. Maklum, rakyat mudah terpukau dengan bungkus agama yang bombastis. Semua hal politik dibalut agama. Ini karakteristik DI/TII.
Padahal, kelakuannya sama dengan PKI. Sama-sama suka memberontak terhadap pemerintahan yang sah. Sama-sama suka meneror rakyat. Sama-sama suka menciptakan kekacauan.
Bedanya, bila ideologi komunis ketika ini telah mampus, ideologi DI/TII yang malah makin semarak. Orang-orang berideologi DI/TII bebas berkeliaran. Anehnya, merekalah yang sekarang paling gencar berteriak bangkitnya PKI. Teriakan tersebut kemungkinan besar guna menutupi agendanya sendiri. Mereka sedang membangunkan sebuah “pemberontakan” terhadap Indonesia.
Lalu, anda malah dibikin terlena dengan isu hantu PKI. Padahal orang-orang berideologi DI/TII sedang siap menerkam.
PKI tersebut sekarang sejenis hantu pocong, yang hanya ada dalam cerita horor. Sementara sekarang ini kekuatan DI/TII ibarat penyamun sadis. Keberadaannya nyata. Mestinya anda tahu, me*sti lebih mewaspadai yang mana?
(Ditulis kembali dari artikel: “PKI Itu Pocong, DI/TII Adalah Begal” tulisan Eko Kuntadhi dari Geotimes.co.id)
0 komentar:
Post a Comment