Dakwah dari jajahan iblis laknatullah
ANTARA FOTO
Peternak menawarkan kambing miliknya kepada
pedagang hewan kurban yang mulai berdatangan di Pasar Hewan, Ngawi, Jawa
Timur, Rabu (9/8).
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan
Idul Adha yang diakhiri dengan memotong hewan berkaki empat akan segera
tiba. Ada beberapa faktor yang mesti diperhatikan panitia pemotongan
hewan kurban saat penyembelihan dan setelah penyembelihan.
Direktur Halal Center Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Nanung Danar Dono menjelaskan, untuk mengatakan ada tiga area yang mesti
diperhatikan setelah hewan kurban disembeli.
"Tiga area yang dapat dicek untuk memastikan apakah hewan kurban
sudah mati atau belum adalah dengan mengecek salah satu dari tiga
refleksnya, yaitu refleks mata, refleks kuku, dan refleks ekor,"kata
Nanung lewat keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Rabu,(16/7).
Nanung menuturkan, untuk mengecek refleks mata yaitu dengan
menggunakan ujung jari untuk menyentuh pupil mata. Jika masih bereaksi
atau berkedip, artinya sarafnya masih aktif dan hewannya masih hidup.
Namun jika sudah tidak bereaksi lagi, maka artinya hewan mati.
Untuk mengecek refleks ekor sebagai salah satu tempat berkumpulnya
ujung-ujung saraf yang sangat sensitif. Setelah hewan disembelih dan
diam saja, jagal disarankan menekan atau memijat batang ekornya. Jika ia
masih bereaksi, itu artinya sarafnya masih aktif dan hewannya masih
hidup.
"Jika hewan tidak bereaksi ketika dipencet-pencet batang ekornya,
artinya ia sudah mati," jelas Nanung yang juga dosen pada Laboratorium
Ilmu Makanan Ternak Fapet UGM.
Selanjutnya ada mengecek refleks kuku sebab hewan sapi, kerbau, unta,
kambing, dan domba adalah hewan berkuku genap (ungulata). Di antara
kedua kuku kaki hewan-hewan tersebut, terdapat bagian yang sangat
sensitif.
"Tusuk pelan bagian itu menggunakan ujung pisau yang runcing. Jika
masih bereaksi, artinya hewannya masih hidup. Namun, jika diam saja,
artinya ia sudah mati," jelas dia.
Nanung mengatakan, sering ditemui panitia kurban yang tidak sabar
menunggu hewan benar-benar mati. Sehingga, saluran yang menghubungkan
antara otak dan jantung (spinal cord) diputus agar hewan cepat mati.
Nanung menuturkan secara teori kematian hewan saat disembelih
misalnya darah memancar dari leher depan karena jantung memompa darah
keluar. Jantung memompa darah karena ada perintah dari otak. Ketika
kabel antara otak dan jantung diputus, hubungan otak dan jantung
otomatis akan terputus sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara
maksimal.
"Ketika darah tidak keluar secara maksimal, maka akan menjadi
timbunan bakteri yang sangat banyak. Akibatnya, daging akan cepat
membusuk," katanya.
Selain memerhatikan tiga refleks tersebut, kata Nanung panitia kurban
harus diperhatikan juga bahwa dalam menyembelih hewan ternak harus
memotong tiga saluran pada leher bagian depan. Karena proses
penyembelihan yang benar harus memotong tiga saluran, yaitu saluran
nafas (kerongkongan), saluran makanan (tenggorokan), dan pembuluh darah
(arteri karotis dan vena jugularis).
Setelah penyembelihan Nanung juga menjelaskan bahwa perlu juga
dipahami penanganan sebelum dan sesudah penyembelihan. Sebelum
menyembelih, katanya, pastikan bahwa pisau sudah diasah setajam mungkin.
Amati kondisi visual ternak seperti postur, keadaan wajah (khususnya
mata), lubang hidung, dan saluran reproduksi.
“Penting juga untuk mengistirahatkan ternak sebelum disembelih. Hewan
yang stress karena kelelahan atau ketakutan akan mengakibatkan kualitas
daging menjadi turun,” ujar Nanung.
sumber : ihram.co.id
Redaktur : Bilal Ramadhan |
Reporter : Ali Yusuf |
0 komentar:
Post a Comment