Dakwah dari jajahan iblis laknatullah China Musuh Islam? Menghadapi gelombang besar ini, Presiden kita, yang membawa beban aman...

Masjid 1000 Tahun di China: “China Bukan Musuh Islam” Masjid 1000 Tahun di China: “China Bukan Musuh Islam”

masjid ini berada di cina dan sudah berdiri 1000 tahun

Masjid 1000 Tahun di China: “China Bukan Musuh Islam”

Masjid 1000 Tahun di China: “China Bukan Musuh Islam”

Dakwah dari jajahan iblis laknatullah
China Musuh Islam?
Menghadapi gelombang besar ini, Presiden kita, yang membawa beban amanah bagi bangsa, Negara dan masyarakatnya juga bersuara bersama-sama dengan kita. Ada yang sangat berbeda dari kunjungan Beliau kali ini ke China. Salah satu mitra dagang terbesar di dunia ini ternyata menyimpan saksi bisu selama 1000 tahun lebih. Saksi yang menepis fitnah yang menghujam Indonesia, bahwa selama ini China adalah musuh Islam. Ternyata saksi tersebut adalah sebuah Masjid yang sudah berdiri sejak dinasti Liao (916-1125 Masehi) di Beijing, Ibukota Negara (yang katanya) komunis itu.
Di Negara komunis kok ada Masjid berumur 1000 tahun lebih ya? Nalar para pemfitnah di Indonesia itu seharusnya bertanya-tanya “kok bisa?”. Seharusnya mereka bertanya-tanya, tapi saya meragukan kapasitas otak mereka dan kapabilitas nurani mereka untuk dapat bertanya dan menemukan jawabannya.

Banyak orang buta sejarah, atau sengaja membutakan mata terhadap sejarah, bahwa arus masuknya Islam ke wilayah Asia Tenggara dan Nusantara juga dibawa oleh kelompok masyarakat Tiongkok. Selama ini masyarakat hanya diedukasi bahwa masuknya Islam dibawa oleh dua gelombang saja, Arus pedagang Persia dan India-Gujarat. Padahal masih ada arus ketiga yang seringkali dihindari untuk dibahas, yaitu arus pedagang dari China melalui laksamana Cheng Ho/Zheng He[1]. Entah kenapa hal ini jarang disinggung, padahal sejarawan dunia banyak membahasnya. Mungkin isu rasial sudah terlalu mengakar di dalam akal dan menutupi terang nurani segelintir orang pada bangsa ini.
Jikalau kita kembali melihat ke belakang, pada konteks geo-ekonomi zaman keemasan “Jalur Sutra”, maka sulit menafikan bahwa ada keterkaitan antara dunia Persia-India-China dan Islam. Melalui interaksi ekonomi pada Jalur Sutra tersebut, sulit untuk membuang singgungan dan “transaksi” budaya Timur Tengah ke Asia, begitu pula sebaliknya. Maka dengan demikian, kita pun sulit untuk menafikan bahwa ada serpihan-serpihan Islam yang sangat mungkin dibawa oleh orang China ke Asia Tenggara, sebagaimana Persia dan India-Gujarat yang telah diakui terlebih dahulu sebelumnya. Dan hal ini diperkuat dengan hadirnya situs-situs sejarah berupa masjid berarsitekturkan gaya oriental di beberapa kota di Indonesia. Untuk pembahasan yang lebih jauh dan detil tentang sejarah masuknya Islam melalui perdagangan China, silakan merujuk kepada sumber acuan tulisan saya di bagian akhir artikel.

Peta “Jalur Sutra” Tahun Mulai dari Tahun 300 SM Hingga 100 M. (Sumber: Penelusuran Google.com).
Pelurusan Sejarah Melawan Propaganda Fitnah
Maka dari itu, kunjungan dari Presiden kali ini membawakan pesan dan makna yang lebih kaya kepada khalayak Indonesia, terutama umat Muslim Indonesia. Bahwa tali persaudaraan keagamaan kita dengan China sudah terjalin sejak lama. Sekaligus, sudah sejak lama pula ternyata kita dipecahbelah oleh isu segregasi, bahwa Tiongkok itu komunis serta musuh Islam. Yang berimbas kepada sentimen rasial terhadap WNI minoritas, juga bahkan berimbas kepada Pakde Jokowi yang difitnah sebagai antek-antek PKI hanya karena membuat perjanjian dagang dengan Negara tirai bambu itu (lah, Aher gimana?).
Itu semua salah saudara-saudara. Semua propaganda fitnah yang merupakan produk orde baru kembali dibawa kepada zaman kita. Corong propaganda hina yang terus dibawa menggunakan tempat ibadah hingga ke pelosok-pelosok desa adalah perbuatan yang biadab. Kebiadaban ini diciptakan dan dibawakan oleh banyak orang yang punya kepentingan politik pribadi. Mereka memperalat orang-orang sederhana dan jujur yang mencintai Tuhan dan agama. Kita harus menyadari ini, berdiri dan melawan penistaan agama yang sesungguhnya.
Akhir kata dari saya bagi para pembaca (Seword). Kita seharusnya sadar, bahwa ternyata Islam yang sebenarnya adalah Islam yang ramah, toleran dan damai. Itu pula yang menjadi ciri khas dari Islam Nusantara kita, bukan “Islam” sektarian yang dipropagandakan selama ini dengan kekerasan dan suara provokatif. Pada bagian akhir dari artikel ini saya sertakan kembali pesan Presiden setelah “ziarah sejarah” Beliau. Sebuah ziarah yang menapaki kembali tapak-tapak sejarah yang telah begitu tua, yang dilupakan, dan yang ditutup faktanya sedari lama. Sejarah 1000 tahun dari saksi bisu yang dibungkam, sebuah kesaksian bahwa Islam, China dan kita adalah sesama saudara.
Jikalau bukan kita yang berdiri bagi Indonesia yang Pancasila, yang Bhinneka Tunggal Ika, yang Religius Nusantara, siapa lagi?

Presiden Joko Widodo

Inilah Masjid Niujie di Beijing, simbol kehadiran Islam sebagai agama yang ramah, toleran, dan damai. Saya berkunjung ke masjid ini siang tadi dan bertemu dengan sang imam, Ali Yang Gunjun serta Ketua Asosiasi Islam Tiongkok Yang Faming.
Berdiri sejak lebih seribu tahun lalu di masa Dinasti Liao (916-1125), Masjid Niujie menjadi pusat komunitas muslim di Beijing yang jumlahnya mencapai 250.000 jiwa. Di lingkungan Masjid Niujie juga terdapat makam dua ulama yang berperan penting dalam dakwah Islam di Beijing, yaitu Syaikh Ali bin al-Qadir Imaduddin Bukhari dan Syaikh al-Burthoni al-Qazwayni. Saya berziarah di atas pusara kedua ulama yang wafat pada akhir abad ke-13 itu.
Imam Masjid Niujie, Ali Yang Gunjun, menyampaikan, muslim di Tiongkok ada 23 juta umat dengan 34 ribu masjid yang tersebar di seantero negeri serta 56 ribu imam. Bahkan jumlah asosiasi Islam dari tingkat kabupaten ke atas ada 7.000. Seluruh umat muslim memiliki hak yang sama dengan penduduk Tiongkok lainnya.
Begitulah. Saya meninggalkan Masjid Niujie dengan kesan yang begitu dalam, siang tadi. Di sana, saya meninggalkan kenang-kenangan berupa kaligrafi surat Al-Fatihah khas Mushaf Nusantara, serta kopiah dan sarung sebagai perkenalan tradisi dan kekhasan Islam Indonesia.
Sumber: Akun Facebook Terverifikasi milik Presiden Joko Widodo.
Presiden Bersama Ulama Masjid Niujie dan Masyarakat Indonesia yang Menetap di Sana. (Sumber: Facebook Resmi dan Terverifikasi Milik Presiden Joko Widodo).
Presiden Memberikan Cindera Mata Berupa Peci, Sarung dan Kaligrafi Surat Al-Fatihah. (Sumber: Facebook Resmi dan Terverifikasi Milik Presiden Joko Widodo).
Presiden Berbincang-bincang dengan Ulama Masjid. (Sumber: Facebook Resmi dan Terverifikasi Milik Presiden Joko Widodo).

sumber :https://seword.com

0 komentar: