sebuah tempat yang berisi berita, informasi dan posting-posting mengenai Islam secara global atau luas DAN semoga yang di share disini bermanfaat untuk kita semua .amiin ya Allah
(DAKWAHMELALUIBLOG)
------
This blog contains news, information and posts about Islam globally or broadly AND hopefully this blog useful for us all .amiin ya Allah (DAKWAHMELALUIBLOG)
Dakwah dari jajahan iblis laknatullah Presiden AS, Donadl Trump, bersama dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. (aljazeera.net) dakwatuna....
Benturan Peradaban Mendatang Disinyalir antara Barat dan Tiongkok
Benturan Peradaban Mendatang Disinyalir antara Barat dan Tiongkok
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2017/08/19/88369/benturan-peradaban-mendatang-disinyalir-antara-barat-dan-tiongkok/#ixzz4qG7gui4M
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Benturan Peradaban Mendatang Disinyalir antara Barat dan Tiongkok
Benturan Peradaban Mendatang Disinyalir antara Barat dan Tiongkok
Dakwah dari jajahan iblis laknatullah Presiden AS, Donadl Trump, bersama dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. (aljazeera.net)
dakwatuna.com
– Doha. Pada tahun 1993 silam, seorang pemikir sekaligus penasihat
urusan luar negeri Amerika Serikat (AS), Samuel P. Huntington,
memperkenalkan sebuah teori yang dikenal dengan “Benturan Peradaban”
atau “Clash of Civilization”. Menurutnya, pasca Perang Dingin, akan terjadi benturan antara peradaban Islam dan peradaban Barat.
Lantas,
apakah benturan itu akan berubah menjadi benturan antara peradaban
Barat dan peradaban Tiongkok seiring berjalannya waktu?
Majalah Foreign Affairs,
yang juga didirikan oleh Samuel Huntington pada 1970 itu, seakan
menjawab pertanyaan tersebut di atas. Melalui sebuah artikel yang
ditulis oleh profesor ilmu politik Universitas Harvard, Graham T.
Allison, disebutkan bahwa AS mulai tersadar akan kebangkitan brainstorming Tiongkok.
Hal
ini sama seperti yang sebelumnya dilakukan Jerman, Jepang dan negara
lain yang mengalami transformasi komprehensif dan mendalam, serta
praktik demokrasi liberal yang maju.
Berdasarkan
pada hal tersebut, maka ‘Formula Ajaib’ itu merupakan konsep dari
pemahaman globalisasi, kecenderungan, konsumerisme, dan integrasi pada
sistem global yang terdiri dari aturan hukum.
Semua
faktor yang ada akan menjadikan Tiongkok sebagai negara demokrasi di
dalam negeri. Sedangkan di luar – sebagaimana kata mantan Menlu AS,
Robert Zoellick – Tiongkok akan menjadi mitra yang bertanggung jawab.
Namun, pendapat ini ternyata tidak sejalan dengan teori Samuel Huntington. Dalam bukunya yang berjudul Clash of Civilization,
ia menyebut bahwa perbedaan budaya-lah yang akan menjadi ciri khas
dunia pasca Perang Dingin, bukan pencairan pada tatanan dunia liberal.
Saat
ini, argumen Huntington layaknya ramalan masa depan. Karena itu
menyoroti sisi kontras antara peradaban Islam dan Barat. Semuanya
semakin tampak saat tejadi serangan 11 September 2001, atau yang dikenal
Serangan 11/9 yang meluluhlantakkan situs WTC, New York.
Menurut
Huntington, gap antara peradaban Barat di bawah AS dengan peradaban
Tiongkok, sangat mendalam dan stabil. Sama halnya dengan gap antara
peradaban Barat dan Islam.
Terkait itu,
Graham Allison melalui artikelnya, menyebutkan bahwa berbagai fakta
akhir-akhir ini memperkuat argumen Huntington itu. Ia juga menyinyalir
bahwa hal itu akan semakin kuat pada beberapa dekade mendatang. Amerika
Serikat seakan mewujudkan apa yang diungkapkan pemikir politiknya
terkait peradaban Barat.
Dengan
pemahaman ini, maka interaksi antara nilai-nilai, tradisi dan filsafat
AS dan Tiongkok, akan memperburuk apa yang disebut Allison sebagai
‘tekanan struktural dasar’.
Selain itu,
Allison juga menjelaskan terkait sisi kontradiksi dan ketidakcocokan.
Ia mengatakan, bangsa Amerika melihat pemerintah sebagai sebuah
kejahatan yang memang diharuskan. Mereka melihat kecenderungan negara
terhadap tirani dan penyalahgunaan kekuasaan, harus dihindari.
Hal
ini tentunya berbeda dengan pandangan bangsa Tiongkok. Menurut Allison,
mereka memandang pemerintah sebagai suatu kebutuhan dan pilar penting
untuk memastikan pemulihan ketertiban dan menghindari kekacauan.
Dari
segi ekonomi, sistem kapitalis Amerika bergerak pada pasar bebas
berdasarkan undang-undang pemerintah yang berlaku yang dipastikan betul
penerapannya. Meskipun kepemilikan negara dan intervensi pemerintah
dalam perekonomian adalah dua hal yang kadang-kadang mereka anggap
sebagai pengecualian yang tidak diinginkan.
Sedangkan
ekonomi pasar Tiongkok yang dikendalikan negara, memberikan ruang yang
luas bagi pemerintah untuk melakukan berbagai manuver. Di antaranya
peran pemerintah dalam menentukan target pertumbuhan, memilih dan
mendukung sektor industri yang ingin dikembangkan, menangani langsung
proyek ekonomi besar untuk mencapai kepentingan bangsa.
Selain
itu, budaya Tiongkok tidak merayakan individualistis sebagaimana gaya
Amerika. Disebutkan bahwa Amerika mengukur evolusi masyarakat
berdasarkan pada sejauh mana perlindungan hak-hak dan kebebasan
individu.
Istilah individu bagi
Tiongkok adalah sejauh mana manusia lebih mengutamakan kepentingan orang
lain di masyarakatnya. Bagi mereka, sebuah sistem merupakan nilai
tertinggi. Kompatibilitas dan struktur harmoni anggota masyarakat adalah
sebagaimana ajaran utama filsuf Tionghoa, Kong Hu Cu, yaitu “Kenalilah
Negaramu”.
Konsep ini ternyata tidak
hanya diterapkan masyarakat pada skala lokal saja. Melainkan juga
diberlakukan pada skala internasional. Bangsa Tionghoa percaya bahwa
tempat alami mereka ada pada puncak piramida. Sedangkan bangsa lain,
hanya dipandang sebagai anak sungai bagi mereka.
Allison
mengakhiri artikelnya dengan menyebutkan bahwa cara pandang Amerika
agak berbeda dari apa yang selama ini menjadi pemahaman Tiongkok. (whc/dakwatuna)
Assalamu'alaikum wr.wb nama saya REZA PALEPY ,saya sangat menyukai dalam hal ngeblog dan berbagi apapun yang menurut saya baik . selain itu, saya berharap dari blog ini bisa menjadi pahala abadi saya yang tidak terputus sampai saya mati .saya berharap untuk semua saudara yang datang berkunjung jangan lupa tinggalkan jejak dan follow.terima kasih sebelumnya .Read More..
0 komentar:
Post a Comment